LEMBAGA SEJENIS KOPERASI DIDUNIA DAN
ANALISA PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA
NAMA :
DWI CATUR AGUSTINA
NPM :
22212277
KELAS :
2EB20
Latar Belakang
Pada tahun 1995 gerakan koperasi menyelenggarakan Kongres
koperasi di Manchester Inggris dan melahirkan suatu landasan baru yang
dinamakan International Cooperative Identity Statement (ICIS) yang menjadi
dasar tentang pengertian prinsip dan nilai dasar koperasi untuk menjawab
tantangan globalisasi. Patut dicatat satu hal bahwa kerisauan tentang
globalisasi dan liberalisasi perdagangan di berbagai negara terjawab oleh
gerakan koperasi dengan kembali pada jati diri, namun pengertian koperasi
sebagai “enterprise” dicantumkan secara eksplisit. Dengan demikian mengakhiri
perdebatan apakah koperasi lembaga bisnis atau lembaga “quasi-sosial”. Dan
sejak itu semangat untuk mengembangkan koperasi terus menggelora di berbagai
sistim ekonomi yang semula tertutup kini terbuka.
Lembaga Perkembangan Koperasi Di
Dunia
Sejarah kelahiran koperasi di
dunia yang melahirkan model-model keberhasilan umumnya berangkat dari tiga
kutub besar, yaitu konsumen seperti di Inggris, kredit seperti yang terjadi di
Perancis dan Belanda kemudian produsen yang berkembang pesat di daratan Amerika
maupun di Eropa juga cukup maju. Namun ketika koperasi-koperasi tersebut
akhirnya mencapai kemajuan dapat dijelaskan bahwa pendapatan anggota yang
digambarkan oleh masyarakat pada umumnya telah melewati garis kemiskinan.
Contoh pada saat Revolusi Industri pendapatan/anggota di Inggris sudah berada
pada sekitar US$ 500,- atau di Denmark pada saat revolusi pendidikan dimulai
pendapatan per kapita di Denmark berada pada kisaran US$ 350,-. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya dukungan belanja rumah tangga baik sebagai produsen maupun
sebagai konsumen mampu menunjang kelayakan bisnis perusahaan koperasi. Pada
akhirnya penjumlahan keseluruhan transaksi para anggota harus menghasilkan
suatu volume penjualan yang mampu mendapatkan penerimaan koperasi yang layak
dimana hal ini ditentukan oleh rata-rata tingkat pendapatan atau skala kegiatan
ekonomi anggota.
Didaratan Eropa koperasi tumbuh
melalui koperasi kredit dan koperasi konsumen yang kuat hingga disegani oleh
berbagai kekuatan. Bahkan 2 (dua) bank terbesar di Eropa milik koperasi yakni
“Credit Agricole” di Perancis, RABO-Bank di Netherlands Nurinchukin bank di
Jepang dan lain-lain. Disamping itu hampir di setiap negara menunjukkan adanya
koperasi kredit yang kuat seperti Credit Union di Amerika Utara dan lain-lain.
Kredit sebagai kebutuhan universal bagi umat manusia terlepas dari kedudukannya
sebagai produsen maupun konsumen dan penerima penghasilan tetap atau bukan adalah
“potensial customer-member” dari koperasi kredit.
Syarat 2 : “Harus memiliki cakupan kegiatan yang menjangkau
kebutuhan masyarakat luas, kredit (simpan-pinjam) dapat menjadi platform dasar
menumbuhkan koperasi”.
Di manapun baik di negara berkembang maupun di
negara maju kita selalu disuguhkan contoh koperasi yang berhasil, namun ada
kesamaan universal yaitu koperasi peternak sapi perah dan koperasi produsen
susu, selalu menjadi contoh sukses dimana-mana. Secara spesial terdapat contoh yang lain seperti produsen gandum di
daratan Australia, produsen kedele di Amerika Utara dan Selatan hingga petani
tebu di India yang menyamai kartel produsen. Keberhasilan universal koperasi
produsen susu, baik besar maupun kecil, di negara maju dan berkembang nampaknya
terletak pada keserasian struktur pasar dengan kehadiran koperasi, dengan
demikian koperasi terbukti merupakan kerjasama pasar yang tangguh untuk
menghadapi ketidakadilan pasar. Corak ketergantungan yang tinggi kegiatan
produksi yang teratur dan kontinyu menjadikan hubungan antara anggota dan
koperasi sangat kukuh.
Syarat 3 : “Posisi koperasi produsen yang menghadapi dilema
bilateral monopoli menjadi akar
memperkuat posisi tawar koperasi”.
Di negara berkembang, termasuk Indonesia,
transparansi struktural tidak berjalan seperti yang dialami oleh negara
industri di Barat, upah buruh di pedesaan secara rill telah naik ketika
pengangguran meluas sehingga terjadi Lompatan ke sektor jasa terutama sektor
usaha mikro dan informal (Oshima, 1982). Oleh karena itu kita memiliki kelompok
penyedia jasa terutama disektor perdagangan seperti warung dan pedagang pasar
yang jumlahnya mencapai lebih dari 6 juta unit dan setiap hari memerlukan
barang dagangan. Potensi sektor ini cukup besar, tetapi belum ada referensi
dari pengalaman dunia. Koperasi yang berhasil di bidang ritel di dunia adalah
sistem pengadaan dan distribusi barang terutama di negara-negara berkembang
“user” atau anggotanya adalah para pedagang kecil sehingga model ini harus
dikembangkan sendiri oleh negara berkembang.
Koperasi selain sebagai organisasi ekonomi
juga merupakan organisasi pendidikan dan pada awalnya koperasi maju ditopang
oleh tingkat pendidikan anggota yang memudahkan lahirnya kesadaran dan tanggung
jawab bersama dalam sistem demokrasi dan tumbuhnya kontrol sosial yang menjadi
syarat berlangsungnya pengawasan oleh anggota koperasi. Oleh karena itu
kemajuan koperasi juga didasari oleh tingkat perkembangan pendidikan dari
masyarakat dimana diperlukan koperasi. Pada saat ini masalah pendidikan bukan
lagi hambatan karena rata-rata pendidikan penduduk dimana telah meningkat.
Bahkan teknologi informasi telah turut mendidik masyarakat, meskipun juga ada
dampak negatifnya.
Koperasi diperkenalkan di
Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896.
Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnyayang terjerat hutang
dengan rentenir.
Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya.
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
AWAL PERTUMBUHAN KOPERASI INDONESIA
Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 (Ahmed
1964, h. 57) yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai
sekarang. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik
dan turun dengan titik berat lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim lingkungannya.
Jikalau pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada
kegiatan simpan-pinjam (Soedjono 1983, h.7) maka selanjutnya tumbuh pula
koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang
konsumsi dan dan kemudian koperasi yang menekankan pada kegiatan
penyediaan barang-barang untuk keperluan produksi. Perkembangan
koperasi dari berbagai jenis kegiatan usaha tersebut selanjutnya ada
kecenderungan menuju kepada suatu bentuk koperasi yang memiliki
beberapa jenis kegiatan usaha. Koperasi serba usaha ini mengambil
langkah-langkah kegiatan usaha yang paling mudah mereka kerjakan terlebih
dulu, seperti kegiatan penyediaan barang-barang keperluan produksi
bersama-sama dengan kegiatan simpan-pinjam ataupun kegiatan
penyediaan barang-barang keperluan konsumsi bersama-sama dengan
kegiatan simpan-pinjam dan sebagainya (Masngudi 1989, h. 1-2).
Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya.
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
AWAL PERTUMBUHAN KOPERASI INDONESIA
Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 (Ahmed
1964, h. 57) yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai
sekarang. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik
dan turun dengan titik berat lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim lingkungannya.
Jikalau pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada
kegiatan simpan-pinjam (Soedjono 1983, h.7) maka selanjutnya tumbuh pula
koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang
konsumsi dan dan kemudian koperasi yang menekankan pada kegiatan
penyediaan barang-barang untuk keperluan produksi. Perkembangan
koperasi dari berbagai jenis kegiatan usaha tersebut selanjutnya ada
kecenderungan menuju kepada suatu bentuk koperasi yang memiliki
beberapa jenis kegiatan usaha. Koperasi serba usaha ini mengambil
langkah-langkah kegiatan usaha yang paling mudah mereka kerjakan terlebih
dulu, seperti kegiatan penyediaan barang-barang keperluan produksi
bersama-sama dengan kegiatan simpan-pinjam ataupun kegiatan
penyediaan barang-barang keperluan konsumsi bersama-sama dengan
kegiatan simpan-pinjam dan sebagainya (Masngudi 1989, h. 1-2).
Cooperative
introduced in Indonesia by R. Aria
Wiriatmadja in Purwokerto , Central Java in 1896 . He
established credit unions with the aim of helping rakyatnyayang indebted to
loan sharks .
Cooperatives mushroomed back up in 1933 out of a
similar law Law no . 431
so lethal cooperative efforts for the second time .In 1942 Japan occupied Indonesia . Japan and establishing cooperative kumiyai . Initially the cooperative is running smoothly . However, its function changed drastically and become a tool to benefit Japan , and misery to the people .
After Indonesian independence , on July 12, 1947 , the cooperative movement in Indonesia held the first Cooperative Congress in Tasikmalaya . Today is then defined as the Day of Cooperatives Indonesia .
EARLY GROWTH OF COOPERATION INDONESIA
The growth of cooperatives in Indonesia began in 1896 ( Ahmed
, 1964, p . 57 ) which further develops over time until
right now . Cooperative development in Indonesia is experiencing high tide
and down with emphasis overall scope of business activities that
vary from time to time in accordance with the climatic environment .
If the growth of the first cooperatives in Indonesia emphasis on
savings and loan activities ( Soedjono , 1983, p.7 ) then the next growing anyway
cooperative that emphasizes the activity of providing goods
and consumption and then that emphasize cooperative activities
the supply of goods for production purposes . development
cooperatives of various types of business activities are then no
tendency toward a form of cooperation that has
some types of business activities . This business cooperatives take
measures of business activity they do the easiest first
first , such as the activity of providing goods production purposes
together with the savings and loan activities or activities
the supply of goods for consumption together with
savings and credit , and so on ( Masngudi , 1989, p . 1-2 ) .