Minggu, 17 April 2016

PERKEMBANGAN PENGUNGKAPAN DAN PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)

A.       Pengertian IFRS
IFRS adalah singkatan dari International Financial Accounting Standard yang merupakan Standar Pelaporan Keuangan Internasional. IFRS adalah bagian dari akuntansi internasional yang mengatur dan melaporkan informasi keuangan setiap negara. IFRS kadang-kadang bertentangan dengan IAS (International Accounting Standards) yaitu standar international sebelum diganti dengan IFRS. International Financial Accounting Standard (IFRS) berasal dari pernyataan Akuntan yang berbasis di IASB atau London International Standards Board. IASB sendiri adalah Organisasi yang memiliki tujuan untuk mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan.
Adapun tujuan dari IFRS adalah untuk menyediakan kerangka kerja global untuk bagaimana perusahaan publik mempersiapkan dan mengungkapkan laporan keuangan mereka. IFRS memberikan panduan umum untuk penyusunan laporan keuangan dibandingkan dengan menetapkan aturan untuk pelaporan industri-spesifik. Memiliki standar internasional sangat penting untuk perusahaan besar yang memiliki anak perusahaan di berbagai negara. Mengadopsi satu set standar di seluruh dunia akan menyederhanakan prosedur akuntansi dengan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan satu bahasa pelaporan untuk seluruh bagian perusahaan. Sebuah standar tunggal juga akan memberikan investor dan auditor dengan tampilan keuangan yang kohesif.

B.      Perkembanagan IFRS di Indonesia
Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk komite prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar – srtandar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
Pada periode 1984-1994, Komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip - prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan - pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut  menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.

Pada periode 1994-2004, ada perubahan kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari komite Standar Akuntansi keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standarakuntansi keuangan Indonesia. Dan  pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar – standar akuntansi baru yang kebanyakan konsisten dengan IAS.Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.

Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan,  baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 oktober 2004, 1 juni 2006, 1 September 2007 dan versi 1 juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi Nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah  taat  penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.
IFRS memiliki karakteristik, diantaranya :
1. IFRS menggunakan “Principles Base “ sehingga lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
2. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
3. Membutuhkan proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
4. Menggunakan fair value dalam penilaian.
5. Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak

C. Pengungkapan Pelaporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah IFRS
Sebelum IFRS
Sebelum digunakannya International Financial Reporting Standards (IFRS), akuntansi di Indonesia menggunakan menggunakan prinsip historical cost yaitu merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan atau memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan jumlah yang dapat distribusikan langsung ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu (PSAK 19, revisi 2009). Kelemahan dari historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini biasanya memungkinkan peluang pihak menejemen untuk melakukan manajemen laba.

Setelah IFRS
Dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan pada manajemen perusahaan menunjukan IFRS memiliki dampak positif terhadap laporan keuangan, peningkatan ekuitas perusahaan, dan manajemen perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable).
IFRS menekankan konsep nilai wajar. Nilai wajar itu sendiri berdasarkan FASB Concept Statement No. 7 adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran. Penggunaan konsep IFRS akan berdampak terhadap laporan keuangan dan kinerja keuangan perusahaan karena terdapat perbedaan pengukuran terhadap nilai item-item laporan keuangan itu sendiri yang sebelumnya menggunakan konsep historical cost. Dibawah ini terdapat perbedaan antara pelaporan keuangan perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS.

Tabel 1: Perbedaan Pelaporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS
Setelah IFRS
Sebelum IFRS
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
-          Laporan posisi keuangan (neraca)
-          Laporan laba rugi komprehensif
-          Laporan perubahan ekuitas
-          Laporan arus kas
-          Catatan atas laporan keuangan
-          Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
-          Neraca
-          Laporan laba rugi
-          Laporan perubahan ekuitas
-          Laporan arus kas
-          Catatan atas laporan keuangan
Pengungkapan dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) :
Aset :
-          Aset tidak lancar
-          Aset lancar
Ekuitas :
-          Ekuitas yang dapat diatribuskan ke pemilik entitas induk
-          Hak non pengendali
Liabilitas :
-          Liabilitas jangka panjang.
-          Liabilitas jangka pendek
Pengungkapan dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) :
Aset :
-          Aset tidak lancar
-          Aset lancar
Ekuitas :
-          Ekuitas yang dapat diatribuskan ke pemilik entitas induk
-          Hak non pengendali
Liabilitas :
-          Liabilitas jangka panjang.
-          Liabilitas jangka pendek
Penyajian liabilitas jangka panjang yang akan dibiayai kembali :
-          Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.
           
Penyajian liabilitas jangka panjang yang akan dibiayai kembali :
-          Tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang
Pengakuan dan pengukuran :
-          Biaya historis.
-          Biaya sekarang ( apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar).
-          Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika aset dilepas).
-          Nilai wajar.
-          Pengakuan pendapatan.
-          Pengakuan beban.
-          Pengungkapan penuh
Pengakuan dan pengukuran :
-          Biaya historis
-          Pengakuan pendapatan
-          Pengakuan beban
-          Pengungkapan penuh

D. Pengungkapan dan Pelaporan Tahunan Terbaik Periode 2015
Laporan keuangan merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas bisnis. Bahasa bisnis tersebut disusun berdasarkan standar akuntansi yang merupakan aturan-aturan pengukuran untuk laporan keuangan. Dalam perkembangannya, terdapat banyak dan berbedanya standar akuntansi yang berlaku sehingga menimbulkan masalah keterbandingan laporan keuangan. Kondisi ini tentu dapat dipahami karena dalam proses penyusunan standar akuntansi di suatu negara tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lokal suatu negara (Wolk et al., 2001: 4)

Pentingnya laporan keuangan dimana memberikan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, dapat lebih berarti bagi pihak – pihak yang berkepentingan apabila laporan keuangan diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dilakukan analisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang lebih jelas dalam mendukung keputusan yang akan diambil. Selain itu, dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan, akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil – hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan utama laporan keuangan dibuat dan disajikan, ada 2, yaitu: (1) Untuk memberikan informasi tentang posisi dan hasil kinerja keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (investor, kreditur, dan pemerintah) dalam rangka membuat keputusan-keputusan bisnis., dan (2) Untuk menunjukkan pertanggung-jawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sebuah laporan keuangan dikatakan baik dan memenuhi persyaratan bila disusun sedemikian rupa sehingga kedua tujuan tersebut bisa dicapai.

Sebagai lembaga keuangan terpercaya dan terbesar di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan acara penganugerahan Annual Report Award (ARA) 2014, Jakarta, Selasa (22/9). Acara ini diadakan dengan tema “Akuntabilitas dan Transparansi Informasi Memenangkan Persaingan Bisnis dalam Era Integrasi Ekonomi ASEAN”. ARA terselenggara atas kerja sama tujuh instansi penyelenggara, yaitu Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Komite Nasional Kebijakan Governance, PT Bursa Efek Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia.

Annual Report Award (ARA) merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2002 yang melakukan penilaian terhadap kualitas penyajian informasi dalam Annual Report sebuah perusahaan. Tidak hanya semata-mata pengungkapan dalam Laporan Tahunan, Annual Report Award bertujuan untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

Pada  tanggal 22September 2015, diselenggarakan acara penganugerahan Annual Report Award (ARA) 2014. ARA 2014 merupakan penyelenggaraan yang ke-14, dengan mengangkat tema “Akuntabilitas dan Transparansi Informasi untuk Memenangkan Persaingan Bisnis dalam Era Integrasi Ekonomi ASEAN”. Sejalan dengan tema ini, kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan diharapkan dapat terus meningkat untuk dapat menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan perbaikan dalam transparansi informasi, yang merupakan salah satu pilar GCG diyakini akan meningkatkan kesadaran perusahaan untuk menerapkan pengelolaan perusahaan dengan baik serta meningkatkan kesiapan perusahaan di Indonesia untuk bersaing, tidak hanya di lingkup nasional, tetapi juga di kawasan regional dan bahkan secara global. Sebagaimana yang selama ini telah dilakukan, ARA terselenggara atas kerjasama 7 (tujuh) instansi penyelenggara, yaitu Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Komite Nasional Kebijakan Governance, PT. Bursa Efek Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia.

Peserta ARA 2014 berjumlah 294peserta yang terdiri dari 274 perusahaan, 17 Dana Pensiun dan 3 Bank Perkreditan Rakyat. Jumlah peserta meningkat 13% dibandingkan peserta tahun lalu yaitu 261 perusahaan. Apabila dilihat perkembangan peserta sejak pertama kali ARA diselenggarakan tahun 2002 hingga saat ini, maka mengalami peningkatan sampai dengan 227%.

Gelaran ARA ini sendiri bertujuan untuk membangun daya saing ekonomi Indonesia untuk menyongsong integrasi ekonomi Asean 2014 melalui transparansi informasi, dengan indikator yang utama dalam menilai pemenang dilihat dari aspek implementasi good corporate governance (GCG). Sehingga, para pelaku pasar (investor) bisa memberikan kepercayaannya di pasar tanah air. Selain itu, ARA bermanfaat demi kemajuan perusahaan dan sebagai media komunikasi yang efektif kepada semua pihak untuk menjelaskan tentang kinerja dan prospek perusahaan di masa mendatang,
Daftar Pemenang Annual Report Award 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No
Kategori
Peringkat
Nama Perusahaan
1
BUMN Non Keuangan Listed
Juara Umum
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
2
BUMN KEUANGAN LISTED
1
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
3
2
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
4
3
PT Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk
5
BUMN  NON KEUANGAN LISTED
1
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
6
2
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
7
3
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
8
BUMN  KEUANGAN  NON LISTED
1
PT Asuransi Jasa Indonesia (Pesero)
9
2
Perum Jaminan Kredit Indonesia
10
3
PT TASPEN  (Persero)
11
BUMN  NON KEUANGAN NON LISTED
1
PT Pertamina (Persero)
12
2
PT Angkasa Pura II (Persero)
13
3
PT Bio Farma (Persero)
14
PRIVATE KEUANGAN  LISTED
1
PT Bank Victoria International Tbk
15
2
PT Bank Central Asia Tbk
16
3
PT Adira Dinamika Multifinance Tbk
17
PRIVATE NON  KEUANGAN  LISTED
1
PT Wijaya Karya BetonTbk
18
2
PT ElnusaTbk
19
3
PTAKR CorporindoTbk
20
PRIVATE KEUANGAN  NON LISTED
1
PT BNI Syariah
21
2
PT Bank Syariah Mandiri
22
3
PT Bank Mayora
23
PRIVATE NON  KEUANGAN  NON LISTED
1
PT Pupuk Kalimantan Timur
24
2
PT Pelayanan Listrik Nasional Batam
25
3
PT Garuda Maintenance Facility Aeroasia
26
BUMD LISTED
1
PT Bank DKI
27
2
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
28
3
PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur
29
BUMD NON LISTED
1
PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
30
2
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
31
3
PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat
32
DANA PENSIUN
1
Dana Pensiun Bank Indonesia
33
2
DPLKPT Bank Mandiri (Persero) Tbk
34
3
Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia

Referensi :
Firsty Kurnia Putri. “Menguji Perubahan Kualitas Akrual dan Relevansi Nilai Laporan Keuangan Sebelum dan Sesudah Full Adopsi IFRS“ Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

Ursula Claudya & Pratiwi Budiharta. “Analisis Perbedaan Kualitas Akuntansi Sebelem dan Sesudah Konvergensi IFRS” Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Vergiana Aprilicia, 2014. “Road Map International Financial Reporting Standard (IFRS) dan Implementasinya di Indonesia”. Jurnal JIBEKA Vol. 8, No. 1. Universitas Ma Chung Malang. (Diakses Pada, 15 April 2016. 19:54 WIB).

    Wahyu Hidayat., 2015.“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Implementasi PSAK Berbasis IFRS”, Universitas Lampung. (Diakses pada , 17 April 2016, 5:49)

       Yona Octiani Lestari. “Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Dan Manajemen Laba Di Indonesia”. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. (Diakses Pada, 16 April 2016. 17:43 WIB).
          Website Resmi OJK: www.ojk.go.id (Diakses pada, 16 April 2016, 17:18 WIB).

Penulisan ini untuk Memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional.
Ditulis oleh       : D. Catur Agustina
Dosen                : Jessica Barus, SE., MMSI.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI