Rabu, 05 Desember 2012

Krisis Global dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Nasional


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul ³ Krisis Global dan Dampaknya terhadapmperekonomian Nasional
Masalah krisis global merupakan topik yang sedang hangat di perbincangkan pada saatini. Krisis yang terjadi di Negara AS itu mempengaruhi perekonomian Global, perekonomian seluruh Negara di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Krisis tersebut memberikan banyak dampak terhadap roda perekonomian kita. Segala sektor kehidupan pun ikut terkena dampaknya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memperluas wawasan kita mengenai krisis global sertadampaknya terhadap perekonomian nasional
Jakarta, 23 November 2012
Penulis
Krisis Global dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Amerika Serikat adalah Negara adikuasa yang sangat berpengaruh terhadap Negara-negara lain didunia. Terlalu banyak persoalan-persoalan krusial yang melibatkan dan melintasi dimensi kemanusiaan. Jutaan masyarakat miskin dipenjuru dunia seolah nasibnya digantungkan pada gonjang ganjing krisis global, seperti harga bahan bakar minyak dan masalah ketahanan pangan. Hal ini pun menjadi ancaman serius bagi Negara-negara di dunia, terutama Negara berkembang.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara-negara yang ada di bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Diakui ataupun tidak, krisis yang sedang dihadapi hampir semua Negara yang ada ini merupakan imbas dari krisis financial yang terjadi di Negara adidaya, Amerika Serikat. Krisis ekonomi yang terjadi di amerika serikat mengherankan banyak orang. Banyak yang terkejut mengapa Negara sebesar Amerika Serikat bisa mengalamikrisis ekionomi atau moneter yang merontokan pasar saham dan keuangan di Amerika Serikatdan bahkan di dunia.
Pada awal krisisnya hanya sebatas melanda Negara Amerika Serikat, Eropa, dan negara Negara yang bergabung di Uni Eropa. Aliran gelombang krisis yang keras ternyata sampai dikawasan Asia. Para investor yang menanamkan modalnya pada sektor non riil mulai menarik kembali dana-dana mereka yang tertanam di lantai bursa. Penarikan dana dengan dominasi mata uang asing oleh investor di beberapa Negara kawasan Asia tujuannya adalah menutupin kerugian keuangan yang tengah melanda Negara-negara investor tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Dampak yang terjadi akibat dari krisis hebat yang dialami Amerika Serikat sangat terasa bagi kita. Kebanyakan dari kita mengeluhkan apa yang tengah terjadi sekarang. Tidak hanya para pelaku ekonomi saja yang merasakan, tetapi kita sebagai masyarakat dan juga sebagai consumer merasakan dampaknya.
Bicara lebih lanjut mengenai para pelaku ekonomi, mereka adalah orang-orang yang jelas-jelas terkena dampak dari krisis ini. Mereka harus berfikir keras bagaimana cara pandang mereka dalam mencari celah untuk mendapatkan profit atau laba dari kegiatan ekonomi yangmereka lakukan, tanpa mengakibatkan kerugian dalam usaha mereka itu sendiri.
 BAB 2
PEMBAHASAN
 
Krisis keuangan yang tengah terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tanda-tandanya beberapa waktu yang lalu, tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8Oktober 2008 saat ISHG di BEI turun tajam sampai 10.38% dan mengaruskan pemerintah menghentikan kegiatan di pasar bursa modal beberapa hari.
Sebenarnya banyak akibat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis keuangan di Amerika Serikat, baik akibat positif seperti turunnya harga minyak dunia yang menembus $61 per barel, dan akibat negative seperti turunnya nilai rupiah, berkurangnya nilai export, turunnya investasi atau terjadi flyingout, namun demikian akibat negative lebih banyak dirasakan bagi perokonomian Indonesia terutama bagi sector riil yang mempunyai pangsa export, pemerintah harus sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tidak tertangani dengan benar akan mengakibatkan distabilitas Negara atau sering orang bilang akan terjadi krisis seri kedua.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara-negara yang ada di bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Diakui ataupun tidak, krisis yang sedangdihadapi hampir semua Negara yang ada ini merupakan imbas dari krisis financial yang terjadi di Negara adidaya, Amerika Serikat. Krisis ekonomi yang terjadi di amerika serikat mengherankan banyak orang. Banyak yang terkejut mengapa Negara sebesar Amerika Serikat bisa mengalamikrisis ekionomi atau moneter yang merontokan pasar saham dan keuangan di Amerika Serikatdan bahkan di dunia.
Ada beberapa kasus yang dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis saat ini, antara lain:
1.      Penumpukan hutang nasional hingga mencapai 8.98 trilyun dollar AS sedangkanPDB hanya 13 trilyun dollar AS2.
2.      Terdapat program pengurangan pajak korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar (akibatnya pandangan AS berkurang).
3.      Pembengkakan biaya perang Irak dan afganistan (hasilnya Irak tidak aman danOsama Bin laden tidak tertangkap juga) setelah membiayai perang Korea danVietnam4.
4.      CFTC ( Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keungan tidak mengawasi ICE (Inter Continental Commision) sebuah badan yangmelakukan aktifitas perdangangan berjangka, dimana ICE turut berperan mendongkrak harga minyak hingga USD 100/barel5.
5.      Subprime Mortgage: kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman Saschs, Mitsubishi UFJ6.
6.      Keputusan suku bunga murah dapat mendorang spekulasi.
Aktor-aktor yang berperan dalam krisis financial di Amerika Serikat :
:
a.      Kreditor perumahan murah
Banyak perusahaan di AS memiliki spesialisasi memberikan kredit perumahan bagi orang-orang yang sebenarnya tidak layak di beri kredit subpime lenders. Para perusahaan tersebut berani memberikan kredit karena kalau terjadi gagal bayar, perusahaan tinggal menyita dan menjual kembali rumah yang di kreditkan. Untuk membiayai kredit ini, para perusahaan ini umumnya juga meminjam dari pihak lain dengan jangka waktu yang pendek sekitar 1-2 tahun, padahal kredit yang membiayai merupakan kredit perumahan jangka panjang sampai 20 tahun. Sehingga terjadi ketimpangan (mismatch) kredit.
Akibat gagal bayar terhadap kredit perumahan tersebut, membuat banyak perusaahan kredit perumahan ini tidak mampu membayar kembali utangnya, yang ujungnya bangkrutnya beberapa perusahaaan tersebut. Saham perusahaan lain yang tidak mengalami kebangkrutan juga ikut terimbas sentiment negative dan membuat takut para investor - investor.
Selain pinjaman dari pihak ketiga, para perusahaan pembiayaan kredit rumah ini juga menerbitkan semacam Efek Beragun Aset (EBA) yang dijual kepada perbangkan dan investor, baik kepada institusi maupun kepada individu keberbagai Negara. EBA juga merupakan instrument untuk membagi resiko. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kekhawatarin terhadap kemungkinan gagal bayar para debitor yang tidak layak tersebut justru berdampak pada investor secara global baik yang memiliki EBA, maupun investor yang hanya terimbas sentiman negative.
b.      Perusahaan pemeringkat
Perusahaan pemeringkat seperti Moody’s dan Standart and Poor’s diduga ikut mengambil bagian dalam krisis subprime mortage ini. Perusahaan-perusahaan pemeringkat ini dinilai terlalu lamban mengantisipasi gagal bayar utang kredit perumahan itu. Padahal tugas lembaga pemeringkat adalah mengevaluasi obligasi atau instrument utang lainnya dan memberikan rating yang mencerminkan resiko instrument utang tersebut.
c.       Investment banks (Bank Investasi)
Investment Banks seperti Goldmas sachs, Bear Stearns juga ikut terlibat dalam terjadikrisis subprime mortagage ini. Karena mereka memiliki spesialisasi mengembangkan instrument investasi seperti EBA yang dijual ke perbangkan dan institusi keuangan. Investment Banks ini juga terkena imbas dan merugi di beberapa dana investasinya yang terkait dengan utang beresiko tinggi. Sementara Bank sentral dan private equity fund dicatat sebagai pihak yang paling besar terimbas dari dampak krisis ini. Private equity fund adalah manajer investasi yang merancang pembelian dan penjualan perusahaan. Mereka umumnya meminjam uang dengan bunga rendah yang digunakan untuk membeli saham di bursa. Saham yang dibeli umumnya di jaga performance agar menarik minat investor lain untuk membeli. Saham tersebut akan dijual setelah harganya tinggi dalam waktu yang tidak lama.
Sedangkan bank sentral dunia seperti Bank of England (BOE), US Federal Reserve (TheFed) dan Eropean Central Bank (ECB) sebagai pihak yang merancang tingkat suku bunga demimengontrol inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tingkat bunga rendah itulahyang memicu pasar untuk melakukan investasi besar di perumahan. Namun kini bank sentralharus menggelontarkan banyak dana ke pasar untuk menyuplai kebutuhan dana kas yang besar.
Dampak krisis Amerika Serikat pada Negara-negara di dunia:
Pemilik surat utang Subrime Mortage bukan hanya perbankan di Amerika Serikat, tetapi juga perbangkan di Australia, Cina, India dan Negara-negara lainnya. Dampaknya, harga saham perbangkan di seluruh dunia jatuh. Hal ini pun menyalut kekhawatiran para pelaku pasar, karena bermasalahnya bank akan berdampak pada melemahnya kegiatan perekonomian.
Peraturan Bank Indonesia tidak memungkinkan perbankan membeli surat utang berperingkat rendah, sehingga perbankan Indonesia tidak memiliki surat utang subprimeMortage. Akan tetapi. Karena harga saham perbankan dinegara tetengga jatuh, investor asing juga menjual saham perbankan dan non perbankan di Indonesia. Investor local akhirnya jugaikut melakukan aksi jual. Apalagi harga saham dan obligasi di Indonesia sudah naik banyak,maka investorpun melakukan aksi ambil untung. Inilah yang menyebabkan harga saham turun,imbas hasil obligasi naik dan kurs rupiah melemah, bahkan minat terhadap penawaran sahamBNI juga sempat terganggu.
Sterilnya perbankan dan korporasi Indonesia dari kepemelikan subprime mortgagemenyebabkan dampak krisis pada pasar keuangan domestic berupa pelepasan surat berhargadomestic terutama SUN dan SBI oleh investor asing. Pada bulan Juli dan Agustus 2007 terjadi penurunan kepemilikan asing pada SUN dan SBI yang cukup signifikan.investor asingdiperkirakan equity friendly dan cenderung mengalihkan penanaman dari SUN pada equity ataurisk free treasury bill. Hal ini terkait dengan tingginya suplai risk SUN atas potensi penurunanSUN rupiah (neraca pembayaran Indonesia 2007).
Pada bulan Agustus 2007, harga-harga saham di BEJ mengalami koreksi, akibat masih berlanjutnya tekanan di bursa Wall Street dan regional, mengakibatkan IHSG turun 89,112 poinatau 4,11% pada satu jam pertama perdagangan tanggal 15 agustus 2007.
Turunnya IHSG memicu melemahnya nilai tukar rupiah saat itu, dari Rp 9.000,- menjadiRp 9.400. Dow Jones Average juga kehilangan 207,61 poin atau turun 1,57%. Masih dalam priode waktu yang sama, indeks Nikkei mengalami kemerosotan 267,22 poin. Penurunan dratisini dapat dilihat dalam grafik perkembangan pasar modal di Asia Pasifik dan pasar modal diBarat dan Jepang.
Koreksi besar-besaran yang terjadi akibat krisis subprime mortgage ini juga merambat kesektor-sektor lainnya. Kepanikan antara bulan Februari-Maret 2007 dan semua bidang -6%, dan pada bulan Juni-Juli 2007 saham-saham mortgage turun lagi hingga -41% dan saham-saham keuangan -18%.Dampak subprime mortgage Amerika Serikat di Indonesia memang besar juga dampaknya terhadap Negara-negara lainnya, karena adannya peraturan BI yang tidak memungkinkan perbangkan membeli surat utang berperingkat rendah, namun sebenarnya dampak krisis financial ini masih tersisa di dunia.
Pada 3 Maret 2008, tempointeraktif.com menyebutkan bahwa pasar saham Asia jatuhsetelah UBS AG memprediksikan bahwa perusahaan keuangan global kemungkinan akankehilangan sekitar US$ 600 miliar karena kridit macet hipotek perumahan subprime mortgage diAmerika Serikat. Westpac Banking Corp merugi 3,3 persen sedangkan Macquarie Group Ltd.Kembali tergelincir di hari ketiga. Pemasukan uang dalam perdagangan Amerika menurun 4,7 persen dari penutupan saham di Tokyo 29 Februari 2008, dimana Sony Corp rugi 3.6%, setelahYen menguat terhadap dollar, sehingga mengurangi pendapatan di luar negri. Index Australiaanjlok hingga 2.9% menjadi 5,410.90 pada pukul 10.12 di Sydney. Index New Zealand¶s NZX50, yang menjadi patokan Asia untuk memulai perdagangan, turun 1,1% menjadi 3,542.16 diWellington
Dampak krisis Amerika Serikat terhadap Ekonomi Indonesia
Ada beberapa hal yang bias di baca sebagai dampak atas krisis global ini terhadap perekonomian di Indonesia. Berikut ini  dampak resesi global ini terhadap perekonomian Indonesia:
·         Melemahnya nilai tukar .nilai tukar rupuiah pada tanggal 10 oktober sempat menembusRp 9.860 per USD. Di pasar antar Bank, rupiah bahkan sempat menembus Rp 10.000 per USD.
·         Investor dunia panic parah. Akibatnya bursa saham Indonesia turun sebanyak 41%(sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara mulai Rabu, 8 Oktober 2008). Hargasaham bener-bener turun drastic.
·         Krisis perbankan global bisa mempengaruhi sector riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Karena sector perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan engganmeminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank Internasional di Eropa dan \Asia.Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dollar untuk member pinjaman kepada pengusaha dunia, yang membutuhkan dollar untuk investasinya (untuk impor mesin, bahan baku, dan sebagainya) termasuk di Indonesia.
·         Dampak resesi ekonomi AS dan Eropa terhadap Indonesia tentunya negative, tetapi karena NET ekspor (ekspor dikurang impor) hanya mengerekkan 8% dari produk domestic bruto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relative kecil dibandingkandengannegara tetangga yang bergantunggan ekspornya ke AS besar, misalnya Hongkong,Singapura, dan Malaysia. Pada Negara berjumlah penduduk banyak seperti Indonesia belanja masyarakatnya merupakan motor penggerak ekonomi yang kuat, untuk ekonomiIndonesia, dampak negative kenaikkan harga bahan bakar minyak sebesar 125% pada2005 jelas lebih besar dari pada dampak resesi ekonomi AS
·         Krisis financial global dan lumpuhnya system perbankan global yang yang berlarut akan berdampak sangat negative terhadap Indonesia, karna pembiayaan kegiatan investasi di penyerapan tenaga kerja melambat dan akibatnya daya beli masyarakat turun, yangakhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi seperti ini tentunyayang biasa dilakukan adalah efisiesi. Bisa jadi itu dilakukan dengan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Itu sudah menjadi konsekwensi kalo daya saing produk kita terus berkurang sementara biaya produksi meningkat.
Dampak secara global
Krisis global di AS kali ini menimbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka beramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal2008, bursa saham Cina anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum semua kegiatandihentikan sementara) dan zona eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang Negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi para speculator komoditasminyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energy dunia.
Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya mempengaruhiinvestor pasar modal. Tetapi krisis perbankan global bisa mempengaruhi sector riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita yang terjadi adalah sector perbankan AS sedang terpuruk,kekurangan modal, dan enggan meminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank internasional dieropa dan Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk member pinjamanke para pengusaha dunia yang membutuhkan dollar untuk investasi (untuk impor mesin, bahan baku dan sebahagiannya) termasuk di Indonesia.
Dampak Di Indonesia
Dampak resensi ekonomi AS dan Eropa terhadap Indonesia tentunya negative, tetapikarna NET ekspor hanya mengerakan sekitar 8% dari produk domestic brouto (PDB) Indonesia,maka dampaknya relative kecil dibandingkan dengan Negara tetangga yang ketergantunganekspornya ke AS besar misalnya hongkong,Singapura dan Malaysia.
1.      Melemahnya nilai tukar rupiah
Akibat krisis moneter di AS, nilai tukar rupiah melemah dan sempat menembus Rp 9.860 per USD. Di pasar antar bank. Melemahnya rupiah yang terjadi saat ini masih sejalan dengan beberapa mata uang lainnya. Berbeda dengan krisis 1997, BI kini juga mengetahui pencatatan valas perbankan bank. BI juga tetap waspada dan terus menjaga agar tidak terjadi pergerakan gejolak yang terlalu besar.BI sebagai bank sentral meminta pasar tidak panic menghadapi situasi saat iniTurbelensi di pasar financial saat ini terjadi di seluruh dunia. Bank sentral akn terusmemantau perkembangan ekonomi global, dan berusaha agar dampaknya bisa seminimal mungkin.
2.      Jatuhnya bursa saham
Dampak lain yang terjadi akibat krisis moneter di AS adalah jatuhnya bursa saham yangterjadi dalam pertengahan Oktober 2008. Meskipun para ahli ekonomi menilai kecilkemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis ekonomi berupa ambruknya perbankan dansektor riil. Namun untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar, pemerintah sebaiknya focusmenjaga daya beli masyarakat
Para ahli menilai tingkat krisis yang dihadapi Indonesia sangat berbeda dengan AS,Eropa, dan Negara maju lainnya. Di AS, krisis telah masuk ke semua sektor, mulai dari pasar modal, perbankan dan sektor riil Namun di Indonesia krisis hanya terjadi di pasar modal, krisis yang terjadi di pasar modaldinilai tidak mudah bertransmisi ke sektor lain mengingat kontribusi pasar modal dalam systemkeungan Indonesia sangat kecil.
3.      Bidang Ketenagakerjaan
Krisis ekonomi AS sangat berdampak terhadap masyarakat khususnya tenaga kerja.Departemen ketenagakerjaan AS, baru saja mengumumkan jumlah pengangurfan mencapai 6.1% jauh lebih tinggi dari prediksi yang diakibatkan oleh krisis. Jumlah ini meningkat menyusul pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan tenaga kerja akibat krisis ekonomi. Perubahan tingkat strategi kebijakan DPR AS terhadap paket kebijakan penyelamatan ekonomi atau RUU Bailoutdengan dana sebesar US$ 700 miliar ternyata belum mendongkrak kepercayaan pasar.
4.      Menurunnya daya beli masyarakat
Krisis ekonomi AS dan global berdampak pada ekonomi Indonesia, karena masih banyak kebutuhan dalam negri Indonesia yang masih mengandalkanimport dari Negara lain. Berdampak ke kost ( karena terjadi selisih nilai tukar mata uang ) harga menjadi mahal, sehingga inflansitinggi, daya beli masyarakat menurun. Buntutnya makin banyak rakyat miskin dan pengangura.Penganguran dan kemiskinan tidak perlu mengkambing hitamkan krisis ekonomi global (walause betulnya berpengaruh juga), tapi seharusnya kita menyadari dan mengakui bahwa fundamental ekonomi di Indonesia memang lemah.
Kita terlalu terpaku untuk mengampungkan sesuatu dengan sedikit-sedikit melakukanimport tanpa berusaha untuk mengembangkan dan memperkuat perekonomian Indonesia,ketahanan pangan pun lemah. Memang dalam jangka pendek dan hitung-hitungan dagang mungkin menguntungkan. Tetapi begitu terjadi krisis, dampaknya lagsung terasa, makanya jangan heran Indonesia menjadi sasaran produk murah dari luar negri yang kasusnya bermacam-macam seperti susu yang mengandung melamin.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada awalnya krisis hanya sebatas melanda Negara Amerika Serikat, Eropa, dan Negara-negara yang bergabung di Uni Eropa. Namun , aliran gelombang krisis yang keras ternyata sampai dikawasan Asia. Para investor yang menanamkan modalnya pada sektor non riil mulai menarik kembali dana-dana mereka yang tertanam dilantai bursa. Penarikan dana dengan dominasi mata uang asing oleh investor di berbagai kawasan Asia tujuannya adalah menutupi kerugian keuangan yang tengah melanda Negara-negara investor tersebut.
Kebijakan penarikan dana semakin agresif seiring dengan keringnya liquiditas Negara-negara investor. Perilaku ini bisa kita cermati dengan meroketnya bunga pasar uang antar bank. Sebelumnya munculnya krisis keuangan global yang dipicu ambruknnya beberapa lembaga keuangan di besar AS, pertemuan mentri keuangan Asia Eropa di korea Selatan pada Juni 2008 hanya membahas pelajaran yang dapat diambil Asia dari integrasi system keuangan di benua Eropa serta pendekatan pasar yang dimungkinkan dari kesepakatan mengatasi perubahan iklimKrisis financial global yang dampaknya kini dirasakan oleh hampir seluruh Negara-negara didunia ini adalah salah satu dampak dari tantanan ekonomi global yang saling berkaitan tersebut.
 
SARAN
·         Selain menyediakan cash untuk keperluan kita dan keluarga, mulailah membeli dan pakailah produk-produk dalam negri. Sekarang semua Negara membutuhkan cash, istilahnya tidak ada yang membeli dagangan mereka, semua Negara maunya jualan produk mereka supaya dapat cash. Untuk apa kita memberikan rakyat, tapi Negara lainyang mendapatkan pendapatannya. Jadi, pakailah semua produk dalam negri, mulai kita mulai dari diri kita sendiri.
·         Produk impor yang menggiurkan sudah banyak masuk ke wilayah Indonesia. Itu sebabnya dagangan dari Negara lain yang tidak laku di USA karena USA dan Negara-negara kaya dan maju sudah bangkrut sehingga minatpun menjadi berkurang. Harga barang-barang itu murah, tapi sekali lagi..untuk apa kita memberi makan Negara lain sementara Negara-negara itu tidak mempunyai kapasitas lagi member kita makan. Ini bukan kondisi normal lagi ketika perdagangan antar Negara terjadi karena saling membutuhkan.
·         Bagi yang punya rekasa dana saham, jika nilai investasi kalian sudah di bawah 50%, biarkan saja, jangan dijual, karna kalo dijual maka uang tersebut benar-benar akan tinggal sedikit. Biarkan saja, karna nanti akan kembali lagi pada kondisi normal. Tapi kali ini memang lama, minimal 2 tahun bahkan lebih, sekali lagi, ini krisis yang sangat besar,terbesar sepanjang dunia modern.
Daftar Pustaka
Mu’arif, Samsul, dkk. 2008.Obama’s miracle ( kemenangan Dari Jakarta ). Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
http://www.suarapembaca.detik.com/read/2008/10/29/094311/471/pengaruh-krisis-global-ke-sektor-rii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar